"KENAKALAN ORANG TUA"
Oleh :
Munadzirul
Amin
Tumbuh kembang remaja pada
zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan. Perilaku kenakalan remaja
saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita ditelevisi
maupun radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya tawuran,
pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar, pemakaian narkoba, dan lain-lain.
Kehidupan remaja pada masa
kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus
bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara.
Bahkan perilaku mereka cenderung merosot.
Sungguh sangat di sayangkan
para remaja saat ini dengan mudah melakukan perubahan social dan budaya dengan
mengadopsi budaya luar tanpa adanya filter. Meningkatnya kenakalan remaja saat
ini merupakan salah satu dampak dari media informasi yaitu program siaran
televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang
nilai amoralnya.
Hal ini disebabkan karena
industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan moral terhadap siaran yang
ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai program televisi seperti pada
sinetron-sinetron maupun reality show yang banyak menayangkan tentang pergaulan
bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk
selalu ditampilkan dilayar kaca. Oleh karena program tersebut banyak diminati
publik, khususnya remaja. Sehingga dapat memberikan suatu peluang bisnis bagi
pihak stasiun TV yaitu misalnya berupa banyaknya iklan yang masuk. Berbagai
acara yang menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat
akan dunia gemerlap (dugem). Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan
terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim alias kurang bahan / sexy,
goyang-goyangan yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja
hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar dengan memaki-maki atau
menghina dan sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang
sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah untuk
mengikuti perilaku tersebut.
Faktor-faktor
penyebab kenakalan remaja.
-
Kurangnya kasih sayang orang tua / keluarga
-
Kurangnya pengawasan dari orang tua
-
Reaksi frustasi diri
-
Broken home
-
Lingkungan tempat tinggal
-
Gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja
-
Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
-
Dasar-dasar agama yang kurang.
-
Tidak adanya media penyalur bakat/hobi
-
Masalah yang dipendam
-
Pengaruh kawan sepermainan
-
Relasi yang salah
-
Informasi dan tehnologi yang negatif
-
Pergaulan
Dan masih banyak faktor yang lainnya sebagai penyebab
kenakalan remaja masa kini. contoh
kenakalan remaja
paling
marak saat ini adalah pergaulan yang salah dan free sex membuat video tidak
senonoh sendiri dengan kamera hape dengan pasangannya, dan ini bisa sangat
merugikan dirinya sendiri dan orang tua.
Berikut
contoh lain dari kenakalan remaja :
Membolos
sekolah
Kebut-kebutan
di jalanan
Geng
motor
Penyalahgunaan
narkotika
Perilaku
seksual pranikah
Perkelahian
antar pelajar
Melawan
orang tua dan guru
Tawuran
berkelahi
dengan teman
Nonton
majalah atau video porno
Menghabiskan
uang sekolah
“ Bagaimanakah peran orang tua ?
Kita mungkin bosan
banget kalau ngomongin kenakalan remaja dan kenakalan anak-anak. Tapi, kita
jarang dengarin ngomongin kenakalan orang tua. Padahal kalau mau dirunut
lumayan banyak juga kenakalan orang tua dan memang sangat berpengaruh kepada
kehidupan kita. Kenakalan orang tua ini bisa diperluas bukan hanya orang tua di
rumah alias keluarga kita. Tapi orangtua di masyarakat seperti guru-guru di
sekolah, orang-orang dewasa di lingkungan sekitar, orang-orang dewasa yang bisa
kita lihat tampilan wajah dan aksinya di televisi, orang-orang dewasa yang
saban hari kita temui di sekolah kehidupan kita, termasuk dalam hal ini adalah
para orang tua yang menjadi pejabat di negeri ini.
Bukan maksud mau menjelek
- jelekan orang tua kita, ini hanya sekadar renungan saja betapa kita suka lupa
bahwa kenakalan remaja tidak bisa lepas juga dari teladan yang ssudah ada.
Nakal adalah suka
berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu dsb, terutama bagi anak-anak).
Juga berarti buruk kelakuan. Kalau kenakalan adalah kata sifat dari nakal atau
perbuatan nakal. Bisa juga berarti tingkah laku secara ringan yang menyalahi
norma yang berlaku di masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga, 2003, hlm. 772)
Kenakalan orangtua dalam ikatan keluarga
Pertama, soal akhlak. Wallahu’alam apakah karena terlalu
sibuk atau tidak mengerti harus berbuat banyak orang tua di rumah yang mengabaikan
dalam soal akhlak Islam yang baik ini. Padahal, anak akan belsajar pertama kali
dari cara orang tua, karena begitu dekatnya jarak antara kita dengan orang tua.
Menurut Muhammad Husain
Abdullah, dalam kitabnya, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, hlm
100, disebutkan bahwa secara bahasa akhlak berasal dari kata al-khuluq yang
berarti kebiasaan (as-sajiyah) dan tabiat (at-thab’u). Sedangkan
menurut istilah (makna syara’) akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan
Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan berbagai
aktivitasnya.
Sifat-sifat akhlak ini
tampak pada diri seorang muslim tatkala dia melaksanakan berbagai aktivitas seperti
ibadah, muamalah, dan lain sebagainya. Tentu, jika semua aktivitas itu ia
lakukan secara benar sesuai tuntunan syariat Islam.
Para orang tua kita di
rumah tidak semuanya faham soal ini. Bukan kita menjelek-jelekan, tapi memang
faktanya ada yang begitu. Waktu saya di kampung, ada orang tua yang suka ikut
ngomporin anaknya untuk berantem dengan temannya. Kata-kata penyemangat yang
sebenarnya lebih terasa hasutan dihembuskan, “Kamu jangan mau kalah sama dia.
Lawan!”, misalnya.
Akibatnya, anak-anak di
satu keluarga itu jadi sombong dan sering nakal kalau bergaul, juga kerap
berbuat onar karena merasa ada legalitas secara tidak tertulis dari orang tuanya
itu. Jadi, merasa pasti ada yang bakal ngebelain mereka.
Kedua, mengabaikan
pelaksanaan syariat. Urusan sholat seringkali jadi masalah. Pelaksanaan syariat
untuk individu ini acapkali diabaikan. Kalau orang tua saja sholatnya
sesukanya, atau bahkan tidak sama sekali akan menimbulkan dampak bagi anak.
Apalagi jika menyuruh atau mengingatkan anaknya saja untuk sholat tidak pernah.
Wah, mungkin tidak adil juga kalau di kemudian hari menyalahkan anak yang tidak
sholat. Wong, orang tuanya saja tidak sholat dan tidak membimbing
anaknya untuk sholat.
Allah
berfirman :
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِا لصَّلوةِ
وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ، لاَنَسْاَلُكَ رِزْقًا ، نَحْنُ نَرْزُقُكَ ،
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوى. طه :132
Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bershabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezqi kepadamu, Kamilah yang memberi rezqi kepadamu. Dan
akibat (yang baik) adalah bagi orang yang bertaqwa. [QS. Thaahaa : 132]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ
اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص مُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَ هُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَ اضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَ
هُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ. وَ فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى اْلمَضَاجِعِ. ابو داود، حديث
حسن 1: 133
Dari 'Amr bin
Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun,
dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun
dan pisahkanlah tempat tidur mereka". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 133].
Pengetahuan dalam hal pelaksanaan syariat untuk individu saja,
khususnya berpakaian seringkali terabaikan oleh para orangtua. Kenakalan orang
tua yang (mungkin saja) tidak disengsaja ini bisa membentuk karakter kita dan
sudut pandang kita dalam melihat berbagai masalah. Wajar kalau kemudian banyak
di antara temen cewek kita yang sulit dikasih tahu tentang wajibnya berjilbab kalau
keluar rumah atau ada orang asing (bukan mahram) yang berkunjung ke rumahnya.
Karena merasa berkerudung dan berjilbab tuh kalau mau ke tempat pengajian saja.
Seperti yang dicontohkan orang tuanya.
Kenakalan orangtua di masyarakat
Pertama, menciptakan suasana
yang tidak produktif. Kayaknya sudah jadi rahasia umum kalau untuk bapak-bapak kalau
mereka sudah kumpul pasti ada saja yang dilakukan yang deket-deket dengan sikap
malas. Bapak-bapak kalau mereka berdua, selain ngobrol bisa juga main catur. Kalau
berempat, malah ada kemungkinan main gaple. Terutama kalau malam hari sambil
nemani yang ronda (justru mereka yang keenakan, ditemani sama yang ngeronda).
Main catur dan main
gaple ada yang bilang boleh-boleh saja kalau tidak pakek duit alias judi, cuma tidak muru’ah atau
tidak menjaga kehormatan diri.
Belum lagi kalau
ibu-ibu. Baik mereka berdua, bertiga, berempat, bahkan rame-rame di forum
arisan, tetep saja yang dilakukan adalah ngegosip, ini umumnya.
Kedua, menyediakan sarana
kemaksiatan. Pemilik pabrik narkoba rata-rata ya orangtua. Mereka yang jadi
bandar besar ya kebanyakan para orangtua. Nah, yang mengkonsumsi narkobanya,
selain orang dewasa, ada juga yang remaja. Wah, bukannya ngasih pelsajaran yang
baik, malah menjerumuskan remaja demi keuntungan dan kepuasan materi yang ingin
diraih para pengusaha barang haram itu.
Selain narkoba, kita
juga sudah pada hafal kalau judi kini sudah membudaya. Mulai dari judi togel,
sabung ayam, pacuan kuda, taruhan di pertandingan sepak bola, gaple yang pakek
duit, rolet, dan casino, sampe judi via fasilitas pengiriman SMS untuk
mendukung kontestan pilihannya di sajang pencarian bakat tertentu di televisi.
Ternyata mereka malah memfasilitasi sarana kemaksiatan dan tentunya
mencontohkan kenakalan.
Bukan hanya narkoba dan
judi, orang tua di masyarakat juga malah menyediakan tempat hiburan seperti
diskotik. Bukan berburuk sangka, tapi kenyataan umum yang namanya diskotik itu
identik banget dengan tempat hura-hura, tempat mangkalnya orang-orang nakal,
tempat transaksi narkoba, transaksi pelacuran, dan aktivitas maksiat lainnya.
Pelakunya, banyak juga yang remaja.
Ketiga, pendidik yang abai.
Sekolah dan kampus boleh dibilang seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belsajar
bagi kita. Namun, seringkali tak seperti tujuan awalnya. Memang, tidak semuanya
jelek. Tapi, kita bicara umumnya. Misalnya, ada oknum guru yang mengajarkan
asusila kepada murid-muridnya. Faktanya, kalau sempat baca-baca berita ada
oknum guru yang melakukan pelecehan seksual kepada muridnya. Yang begini ini
bisa memicu kenakalan anak didiknya. Semoga saja jumlahnya tidak banyak orang
tua di masyarakat yang model gini.
Kenakalan orangtua di pemerintahan
Gimana jadinya kalau
pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung paling kuat bagi rakyatnya justru
malah mencontohkan kenakalan, efeknya jadi global.
Apa saja sih kenakalan orangtua di pemerintahan?
Pertama, Dengan kenakalannya
alias buruk kelakuannya ketika sudah menyengsarakan rakyatnya. Seperti misalnya
menaikkan harga BBM, biaya pendidikan yang tinggi, mahalnya ongkos kesehatan, tidak
terjangkaunya harga-harga kebutuhan bahan pokok dan sejenisnya sudah bikin
rakyat secara umum kesulitan mendapatkannya. Akibat kenakalan yang dilakukan
pemerintah ini bisa memicu krisis sosial yang lebih parah.
Seringkali demi memenuhi
kebutuhan hidup, banyak orang yang akhirnya menempuh cara-cara tidak halal.
Ditambah pula dengan minimnya akses untuk mendapatkan pekerjaan atau mencari
nafkah, kian melengkapi kacaunya kehidupan karena semakin menumpuk
persoalan-persoalan hidup yang baru. Menyedihkan banget akibat kenakalan
pemerintah yang emang terkesan tega. Padahal waktu pemilu dulu, para jurkam
sampe berbusa-busa menyampaikan pidatonya. Janji inilah, janji itulah.
Pokoknya, bikin janji sebanyak-banyaknya. Tapi buktinya? “Kau yang berjanji,
kau yang mengingkari.
Kedua, melanggengkan
kemaksiatan. Kalau kenakalan orang tua di masyarakatcuma menyediakan sarana
kemaksiatan, maka negara (dalam hal ini pemerintah) malah melanggengkan
kemaksiatan. Karena apa? Karena sudah ngasih banyak izin untuk usaha-usaha
pelacuran, diskotik, pabrik minuman keras, dan jenis kemaksiatan lainnya.
Termasuk menutup mata terhadap problem-problem yang diakibatkan usaha
pelacuran, diskotik, peredaran minuman keras dan narkoba, perjudian, dan
sejenisnya. Ini adalah bentuk kenakalan orang tua di pemerintahan yang sangat
membahayakan.
Belum lagi kalau ngelihat
aksi para orang tua yang jadi pejabat pemerintah yang mencontohkan praktik
korupsi, suap-menyuap, dan sejenisnya yang full maksiat. Jadinya
kita kepikiran gimana mereka mau ngurus rakyat kalau mereka sendiri harus
diurus dan diawasi karena begitu nakalnya.
Wahai para orangtua, dengarlah kami !!!
Tolong dong jangan
salahkan kami terus. Seolah yang salah itu remaja, yang selalu nakal pasti remaja.
Padahal, kami adalah korban dari kondisi yang ada saat ini. Banyak orang tua di
rumah yang kurang peduli, kurang menyayangi kami, dan tidak serius mengarahkan
kami ke jalan yang benar. Memang tidak semua dari orang tua di rumah itu nakal,
tapi sayangnya orang tua yang baik itu kalah jumlahnya dengan orang tua yang
nakal.
Anak
adalah amanah Allah SWT kepada ayah dan ibunya, oleh karena tiu harus
senantiasa dipelihara, dididik dan dibina dengan sungguh-sungguh agar supaya
menjadi orang yang baik, jangan sampai anak tersebut tersesat jalan dalam
menempuh jalan hidupnya. Maka kewajiban orang tua terhadap anaknya bukan hanya
mencarikan nafkah dan memberinya pakaian, atau kesenangan-kesenangan yang
sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu orang tua harus mengarahkan
anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik akhlaqnya, memberinya contoh
yang baik-baik serta mendoakannya.
Firman
Allah SWT :
يايُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْآ
اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَ اْلحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَ
يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. التحريم:6
Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
[QS. At-Tahrim : 6]
Begitu pun dengan para orang tua di masyarakat, mohon dengarlah
keluhan kami. sudah begitu banyak masalah yang ditimbulkan akibat kenakalan
para orang tua di masyarakat yang seharusnya menjadi pilar kedua dalam
penegakan hukum. Tapi, mereka malah menyediakan sarana kemaksiatan, menciptakan
budaya yang tidak produktif, dan membiasakan malas belsajar serta mendidik yang
setengah hati. Belum lagi para orang tua di masyarakat yang menjadi pemilik
media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, msajalah, tabloid, radio,
televisi, dan juga internet) yang ‘hobi’ menampilkan bacaan, gambar dan
tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan, dan seks bebas) yang
berlindung atas nama bisnis.
Juga kepada para orang tua di pemerintahan, yakni orang tua yang
menjadi pejabat negara. Seharusnya ini adalah pilar paling kuat dalam penegakan
hukum, tapi nyatanya malah ikut-ikutan nakal. Padahal kenakalan yang
dilakukannya berdampak lebih besar bagi seluruh rakyat. Wahai para pejabat
negara, dengarlah kesedihan kami akibat kenakalan yang bapak-ibu lakukan dengan
menerapkan aturan kehidupan yang tidak benar dan tidak baik, yakni
Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme). Karena yang benar
adalah Islam. Ya, saatnya pemerintah menerapkan Islam sebagai ideologi negara
untuk mengatasi persoalan kehidupan yang ada saat ini.